Dring…dring dring dring… Bel tanda istirahat telah bebunyi, ini berarti pelajaran ke-tiga dan ke-empat telah berakhir. Ketika aku bercakap-cakap dengan temanku sewaktu jam istirahat, ada seseorang yang menawarkanku untuk mengikuti sebuah kegiatan sekolah. Aku sangat tertarik atas ajakannya itu, karena aku termasuk orang yang suka meneliti. Kegiatan sekolah tersebut adalah Kerja Ilmiah Remaja atau yang biasa disebut dengan KIR.
Tugasaku dalam kegiatan tersebut ialah membuat sebuah makalah, tetapi bagiku cukup sulit juga untuk membuat makalah tersebut, jadi aku mempunyai keputusan untuk mengajak sahabatku untuk bekerja sama membuat makalah, dia bernama Gita. Alasanku memilih dia karena dia juga mempunyai hobi yang sama sepertiku yaitu selalu ingin tahu., selain itu Gita termasuk orang yang pandai dan sangat berhati-hati terhadap apapun.
Kami melaksanakan KIR setiap hari minggu, tepatnya di Universitas Muhammadiyah. Kami diajar oleh seorang Dosen yang sangat terkenal galak. Dosen tersebut ingin mengetahui seberapa besar keinginan kita dan alasan mengapa kita ingin mengikuti kegiatan KIR dengan cara menanyai kelompok kami satu persatu. Kelompok yang pertama ditanya yaitu kelompok saya dan Gita.
“Gita dan Kiki, sebenarnya apa tujuan kalian mengikuti kegiatan KIR ini?” tanya Dosen tersebut dengan tegas.
Saya dan Gita berfikir sejenak untuk menjawab pertanyaan dari beliau. Dan akhirnya saya mendapatkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari dosen.
“Kami mengikuti kegiatan KIR ini sebenarnya ialah untuk menyadarkan masyarakat setempat bahwa kelakuan mereka yang hanya menyepelehkan barang yang tidak berguna di mata mereka itu salah, seharusnya barang yang tdak berguna itu dapat di olah lagi atau yang biasa disebut daur ulang” jawabku dengan suara yang bergetar karena ketakutan jika jawabanku tidak baik baginya.
Dosen tersebut masih bertanya dengan rasa penasarannya itu“Makalah tentang apakah yang kalian ambil untuk memenuhi kegiatan KIR ini ?”
Gita langsung menjawab pertanyaan dari Dosen tersebut “Kami belum bisa menentukan sekarang pokok bahasannya, kami akan memikirkannya secara matang dulu agar kami dapat mempraktekkannya dan membuat makalah yang baik.”
Dosen hanya menganggukkan kepalanya dan berkata dengan lembut “Kalian jangan terlalu membuang waktu yang banyak, karena waktunya sangat sedikit. Apalagi kalian sudah ingin Ujian Semester Ganjil. Saya harap kalian dapat menemukan ide yang baik untuk menentukannya besok. Setelah itu kalian praktekkan dan saya akan bertanya tentang hal tersebut minggu depan.”
“ Ia pak “ jawabku dengan suara yang kecil.
Sepulang dari Universitas saya dan Gita berbincang-bincang untuk menentukan pokok bahasan kami
“Kiki, apakah kamu mempunyai ide untuk bahasan kita ?” tanya Gita sambil memperbaiki jamnya yang terjatuh.
“Apa yah,, bagaimana kalau membuat tas dari plastik bekas, seperti dari bungkusan deterjen” jawabku.
“Emm.. bukannya itu sudah biasa. Seharusnya kita masih bisa berfikir yang lebih baik lagi donk” sambil membesihkan jamnya yang kotor itu.
“Ya sudah, bagaimana kalau kulit nangka yang di olah menjadi kerupuk kulit nangka?” jawabku dengan suara yang keras karena terlalu semangat.
“Sssst… jangan ribut, nanti teman kita yang lain mendengarnya. Sapa tau saja ada yang tertarik dengan ide mu itu dia langsung mengambilnya untuk bahasannya nanti” jawabnya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya.
“Upsss.. Sorry.. ia ia” jawabku.
“Kalau di pikir-pikir, ide kamu boleh juga tuh.” kata Gita.
“Nanti sore kamu ke rumah ku yah, soalnya kita akan mempraktekkannya” tanyaku kepada Gita
“Oke deh..”jawab Gita
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah jam setengah empat. Akhirnya Gita datang juga ke rumahku. Kami pergi mencari kulit nangka di penjual Es Teler dengan menggunakan sepeda. Mungkin hari itu adalah hari keberuntungan kami karena sewaktu kami sampai di sana, kami mendapatkan kulit nangka yang lumayan banyak .
Setelah sampai di rumah, kami membersihkan kulit nangkanya terlebih dahulu.
“Iiih.. kok lengket-lengket sih” keluhan Gita kepadaku.
“Ya ialah, kan ada getahnya” jawabku sambil tersenyum.
“Ia yah, terkadang Gita juga begok ya.”katanya sambil menggaruk
kepalanya.
Setelah membersihkan kulitnya kami membuat bumbu-bumbunya. Membuat bumbu tidak memerlukan waktu yang lama. Setelah membuat bumbu-bumbunya kami mengasih kulit nangka yang telah dibersihkan dengan bumbu-bumbu yang telah kami buat. Lalu kita menggorengnya dan mencoba nangka yang telah digoreng itu. Rasanya enak dan gurih.
Satu minggu telah berlalu, waktunya untuk memberi tahu Dosen tentang bahasan kami. Seperti biasanya Dosen selalu bertanya kepada setiap kelompok. Kali ini kelompok saya bukan lagi yang pertama untuk ditanya, malah menjadi kelompok yang terakhir.
“Bagaimana dengan kalian, apakah kalian sudah menemukan pokok bahasan yang tepat?”tanya dosen.
“Iya pak, kami sudah menemukan bahasannya”jawab Gita
“Apakah bahasan yang kalian maksud ?”tanya Dosen itu lagi.
“Bahasan kami ialah tentang kulit nangka yang dapat diolah menjadi keripik kulit nangka” jawabku
“ Ya ide yang baik. Kalian diberi kesmpatan untuk mebuat makalahnya 10 hari lagi, karena hasil makalah kalian akan di kirim ke Bandung. Tetapi hanya ada satu makalah saja yang akan dikirim ke Bandung untuk berlomba dengan peserta dari Surabaya. Pengumuman tentang makalah siapa yang akan dikirim ke bandung, nanti saya sampaikan dua minggu ke depan.” Kata dosen itu kepada semua anggota KIR.
Waktu terus berputar, dan makalah yang kami buat telah selesai satu hari sebelum waktu yang ditentukan.Setelah makalah itu selesai, saya dan Gita sangat merasa cemas karena takut apabila makalah kami tidak baik menurut Dosen. Keeskokan harinya aku dan Gita menuju ke Universitas tempat kami berkumpul untuk mengumpulkan makalah yang telah saya buat bersama Gita. Empat hari setelah saya mengumpulkan makalah itu, saatnya untuk mengetahui makalah siapa yang akan dikirim ke Bandung. Saya berfikir kalau makalah saya besama Gita pasti nya tidak akan terkirim, karena lawan-lawan kami sangat hebat dan ide-idenya sangat menarik.
Semuanya telah berkumpul di suatu ruangan tepatnya di salah satu kelas dari Universitas Muhammadiyah. Dosen itu mengeluarkan kertas dari tasnya serta mengeluarkan hasil makalah itu. Dag dig dug suara jantungku sangat cepat berdetak dan sangat keras. Semua keringat dinginku telah keluar karena rasa penasaranku itu. Sebelum Dosen membacakannya, dosen itu berkata bahwa semua hasil makalah kami sebenarnya semua sudah baik dan sudah memenuhi syarat yang ada. Tetapi ada yang lebih baik lagi, dan dia lah yang memiliki makalah yang akan dikirim ke Bandung.
“Huh.. siapa yah ?” tanyaku ke Gita
“Sepertinya nggak mungkin kalau makalah kita Ki.”jawabnya.
“Oke.. kalian sudah siap untuk mendengarnya ?”kata Pak Dosen dengan
suaranya yang besar.
“Siap.”kata semua anggota KIR.
“Makalah yang akan dikirim ialah yang berjudul tentang “Keripik Kulit Nangka milik Gita dan Kiki.”kata dosen itu.
Aku hanya diam saja, karena kurasa aku hanya salah pendengaran, begitupun dengan Gita. Aku kaget melihat semua temanku berjalan ke arah ku.
“Selamat ya Ki, memang kalian yang terbaik.”kata teman teman
“Aaa? Selamat apaand ?kataku bersama Gita karena kebingungan.
“Makalah yang akan dikirim itu milik kalian.”kata salah satu temanku.
“AAAAAAA…. Alhamdulillah”kataku bersama Gita sambil berpelukan karena kesenangan.
“Selamat buat kalian berdua, kalian adalah yang terbaik di provinsi ini. Makalah kalian akan dikirim empat hari lagi. Kalian harus ikut ke Bandung, karena di sana kalian akan di tanya-tanya lagi secara langsung oleh ketua pelaksana KIR tahun ini. Nanti saya akan bicara dengan orag tua kalian. Sekali lagi selamat buat kalian.”kata dosen kami.
“Ia pak, terima kasih banyak”kataku.
Pada malam harinya orang tua saya mengatakan kalau saya diizinkan untuk ke Bandung untuk bersaing dengan pemenang dari Surabaya. Gitapun mengabari saya bahwa dia juga diizinkan oleh kedua orang tuanya.
Tiga hari lagi saya dan Gita akan berangkat ke Bandung. Saya dan Gita mulai mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan untuk di sana. Besok saya akan diberi tiket penerbangan oleh pembimbing saya/
Waktupun terus berjalan, tak terasa waktunya untuk ke Bandung. Pagi itu Gita ke rumahku bersama orang tuanya dan kami akan berangkat ke bandar udara Sultan Hasanuddin bersama orang tuaku. Akupun harus meninggalkan mereka dan pergi bersama pak dosen beserta isterinya.
Kami tiba di Bandung tepat jam setengah sebelas pagi. Lamanya perjalanan kami ke Hotel sekitar satu jam setengah. Saya sekamar dengan Gita, dan pak Dosen sekamar dengan isterinya. Besok pagi-pagi tepatnya jam delapan kami akan bertemu dengan pemenang dari Surabaya. Kami memilih menginap di Hotel karena lombanya akan dilaksanakan di sana. Hotel itu bernama Hotel Senyiur.
Sudah sangat larut malam tetapi mataku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang terjadi ke esokan hari, dan saya juga sempat berfikir apabila saya tidak menang dalam kegiatan KIR ini, pasti semua ini akan sia-sia. Tak lama kemudian saya memutar lagu kesukaan saya di handphoneku , saya mulai ngantuk dan akhirnya saya tertidur.
Sinar sang surya membangunkanku dari tidurku yang lelap. Sewaktu ku membuka mata, Gita sudah bangun lebih awal daripada saya. Waktunya untuk bertemu dengan pak dosen. Kami akan berangkat ke aula bagian dari Hotel tersebut jam 10 pagi.
Sesampaiku disana saya duluan sampai dibanding dengan lawan saya. Semua panitia telah hadir .Saya dan Gita dipanggil oleh panitia untuk ke depan juri. Lima menit lagi lawanku juga akan dipanggil ke depan juri oleh panitia.
Tiga menit sudah belalu dengan cepat, sisa dua menit lagi saya akan melihat lawan saya. Dua menit itu saya pergunakan untuk berfikir macam-macam. Dua menitpun juga berlalu dengan cepat. Panitia memanggil lawan saya. Sewaktu lawan saya berjalan ke depan juri, saya selalu mengarahkan pandangan saya ke orang tersebut, seakan-akan wajahnya tidak asing lagi bagi saya. Diapun tidak mengalihkan pandagannya ke orang lain, dia terus memandangku.
Aku sungguh tak mengira jika dia adalah sahabatku sewaktu saya tinggal di Pontianak, ini sungguh di luar dugaan saya.
“Fitri?? Apa ini benar dengan kamu?”kataku sambil memegang bahunya.
“Ya ampun, kamu Kikikan, Kiki…”jawabya sambil memelukku.
“Ia Fit, aku Kiki. Tuhan mempertemukan kita lagi, ini adalah kado terindah dalam hidupku.”kata yang kubisikkan kepadanya.
Semua orang bingung melihatku berpelukan dengan Fitri. Sayangnya acaranya sudah ingin mulai. Saya dan Gita dipersilahkan duduk di bagian kursi kiri, sedangkan Fitri dengan teman kelompoknya duduk di kursi sebelah kanan.
“Kalian sudah saling kenal rupanya?”kata dosenku.
“Ia pak, Kiki adalah teman teman SD saya di Pontianak.”jawab Fitri karena saya tidak bisa berkata- kata lagi.
“O.. sungguh ini diluar dugaan kami semua.”kata salah satu panitia.
Pada saat panitia mengambil kertas dalam kotak. Kertas itu berisi tentang pemenang KIR tahun ini.
“Kalian adalah peserta terbaik di antara yang terbaik. Kalian sudah menjadi pemenang, jadi nama siapa yang tertulis dalam kertas ini selamat dan yang tidak tertulis, ini bukan akhir dari segalanya dan teruslah berkarya.”kata panitia sebelum membacakan isi kertas” Aku hanya menganggukkan kepala saja, dan rela apabil aku kalah, karena lawanku adalah sahabatku.
“Jadi..Pemenangnya adalah Gita Erwina dan Kiki Khaerani dengan judul makalah Keripik Kulit Nangka.”kata panitia. Saya dan Gita langsung berpelukan setelah mendengar ucapan panitia.
“Selamat ya Ki,Git. Kalian adalah pemenang dari lomba KIR tahun ini” kata teman Fitri yang sangat cepat tersentuh hatinya.
“Ia, selamat yah Kiki, Gita” kata Fitri.
“Makasih ya.”kata ku dengan Gita sambil bersaliman dengan Fitri dan temannya.
Pemenang kedua mendapatkan hadiah berlibur ke Bali selama tiga hari dan uang tunai sebesar Rp 1.500.00. Sedangkan pemenang pertama mendapatkan uang tunai sebesar Rp.4.000.000, dan liburan ke Bali selama tiga hari berserta Bea Siswa.
Kini perasaan saya sangat senang karena dapat membagakan orang tua saya, dan menjadi pemenang KIR di tahun ini, apalagi saya dipertemukan kembali dengan sahabat kecil saya. Rasa syukurku tak pernah berhenti kepada Allah.
Saya akan pergi ke Bali bersama Fitri, Gita dan teman Fitri. Pastinya kami akan memanfaatkan moment bahagia nanti.