Karya
: P.C.M
Satu kata yang dapat
membuat mereka bersatu sampai saat ini yaitu "Perjodohan". Seorang
gadis bernama Mawar mengalamami peristiwa Siti Nurbaya. Seorang laki-laki tua
membawa anaknya yang bernama Hasan ke rumah keluarga Mawar untuk melamarnya. Sebelumnya
ayah Hasan sudah membicarakannya dengan ayah Mawar tentang perjodohan tersebut.
Ayah dari Mawar tidak dapat menolak perjodohan itu, karena ayah dari Hasan
adalah lelaki tua yang sering ditanya apakah pasangan calon suami-istri cocok
atau tidak, dan sering juga orang meminta pendapat dari lelaki tua itu ketika
suatu rumah tangga mengalami masalah. Ayah Mawar berpendapat bahwa mungkin ini
sudah yang terbaik karena ini pendapat dari lelaki tua pintar itu.
Sebenarnya ayah Mawar
dan ayah Hasan mempunyai hubungan keluarga. Hanya saja keluarga Mawar tinggal
di Samarinda dan keluarga Hasan tinggal di Makassar. Ayah dan ibu Mawar hanya
bisa meyankinkan anaknya itu bahwa Hasan itu anak baik-baik. Karena Hasan dan Mawar
tidak pernah saling bertemu. Meskipun keluarga Mawar selalu meyakinkannya
tetapi tetap saja Mawar tidak ingin dijodohkan, akhirnya Mawar berusaha terus
agar perjodohan itu dibatalkan.
Cara yang pertama yaitu
mogok makan.
"Ayolah nak,
makan." ucap ibu Mawar.
"Tidak bu, aku
tidak mau makan." jawab Mawar dengan senyuman.
"Nak nanti kamu
sakit, ayo makan sedikit saja."
Dengan rasa kasihan,
akhirnya Mawar memakan makanan yang telah disiapkan ibunya.
Mawar berfikir kalau
cara pertama gagal, dan berusaha untuk mencari cara yang kedua. Mawar nekad
melakukan hal yang berbahaya bagi dirinya.
"Diiit, belikan
kakak obat sakit kepala di sebelah!" teriak Mawar dari kamarnya.
"Tunggu.."
jawab adik Mawar
"Ini kertas kasih
lihat saja mbak, ini uangnya."
"Okee kak"
kata Andit yang kecil dan belum bisa membaca.
Pada saat itu semua
orang tidak ada di rumah, hanya ada Mawar dan Andit. Tidak lama kemudian Andit
datang membawa obat yang dipesan oleh Mawar. Setelah menerima obat
tersebut, Mawar kembali ke kamarnya. Setengah jam kemudian om dari Mawar
datang.
“Assalamu alaikum” Salam
om Anto
“Wa alaikum salam, eh om
Anto” jawab Andit
“Orang rumah ke mana
semua Dit?” tanya om Anto yang baru saja duduk di kursi.
“Pergi ke acara pindah
rumah yang di Jelawat om” jawab Andit sambil mengganti siaran tv.
“Kak Mawar?” kata om
Anto
“Tuuuh, lagi di kamarnya
om”
“Waaaaaar, Maaaawaaar”
teriak om Anto dari kursi ruang tamu, tapi Mawar tidak menyahut. Om Anto
langsung kearah kamar Mawar dan terus memanggil tapi tidak ada jawaban.
Akhirnya om Anto mendubrak pintu kamar Mawar. Om Anto panik melihat Mawar yang
tertidur di lantai dan langsung menelfon ayah Mawar dan menyuruhnya cepat
pulang. Setelah ayah dan Ibu Mawar sampai, mereka langsung membawa Mawar ke
rumah sakit.
Dokter mengatakan bahwa
Mawar over dosis, dan apabila terlambat dibawa ke rumah sakit bisa berakibat
fatal. Mawar tidak sadar selama setengah hari dan ibunya hanya bisa menangis
melihat keadaan anaknya itu. Ketika Mawar sadar dia tidak menyangka bahwa ia
masih hidup, karena sebelum meminum obat yang berlebihan itu dia sudah pasrah.
“Aduuuh naaak, kenapa
kamu begini.” Kata sang ibu.
“Ibu.. maaf.” Jawab Mawar
dengan suara kecil.
“Kasihan bapak mu nak, tapi
kalau kamu memang tidak mau ya sudah nanti bapakmu usaha untuk mengaturnya.” Saat
itu Mawar langsung menatap ayahnya yang sedang baring di kursi.
“Ya sudah bu, aku mau
tapi dengan syarat mereka harus menunggu selama 3 tahun.” Kata Mawar
“Nanti kalau bapakmu
sudah bangun nanti kita tanyakan.”
Pada saat ayahnya bangun,
ibunya menanyakan tentang 3 tahun itu. Menurut ayahnya 3 tahun itu terlalu
lama. Terpaksa Mawar minta 1 tahun, dan pihak keluarga tidak setuju. Mereka
meminta waktu hanya 3 bulan saja. Awalnya Mawar tidak bisa menerima, tapi Mawar
bersyukur diberi waktu, daripada tidak sama sekali.
Hanya 3 bulan waktu yang
diberikan, begitu singkat untuk Mawar. Tapi siapa sangka, Mawar dan Hasan
adalah pasangan yang cocok. Hasan memang orang baik dan mampu menjadi imam bagi
Mawar.
0 komentar:
Posting Komentar